Senin, 05 September 2016

Samenan Euy....

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...Puji sinareng syukur urang panjatkeun ka hadirat Allah swt salawat sinareng salamna urang sanggakeun ka kangjeng Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.

(Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...puji dan syukur hanya untuk Allah, shalawat dan salam untuk Nabi Muhamad, Nabi akhir zaman)

Kebelet di Bus

Sewaktu menjadi murid MAN Cibadak, terasa menyenangkan jika saya menghadapi hari Sabtu. Selain belajar tidak terlalu aktif, besoknya hari libur. Untuk menikmati akhir pekan, biasanya saya bersama teman-teman sering berkunjung ke rumah salah seorang. Seolah arisan, kami membikin jadwal sembarang.

Berkomunikasi Gara-gara Tahi Kucing

Saya senang dengan nama daerah kosan baru ini: Sedap Malam. Memang tidak ada satu pun bunga di situ. Jangankan sedap malam, sekadar pepohonan pun bukan main sulitnya dicari, selain yang rumput dan atau sengaja ditanam di pot.

Oleh-oleh dari Leluhur

Pertengahan 2008, di rubrik “kilas daerah”, harian Kompas memuat berita tentang alat pengusir hama tanaman yang digunakan petani-petani Sunda zaman baheula. Hanya beberapa kalimat! Dengan gambar seorang petani bercaping sambil meniup sesuatu di mulutnya. Namanya karinding. Lebarnya 1 cm, tebalnya 3 mm, di beberapa bagian dilubangi.

Pedang Cinta

Ketika bersekolah di MAN Cibadak, saya beruntung mendapat guru-guru yang menguasai mata pelajarannya. Salah satunya guru bahasa Indonesia. Dia sangat menguasai segala tetek-bengek pelajaran ini; mulai dari tata bahasa, apresiasi sastra, hingga wacana, dll. Maklum sudah puluhan tahun dia menekuni pelajaran ini. Tak salah jika dibilang guru senior atau gaek. Usianya hampir kepala tujuh. Perawakannya kurus tinggi, mirip Pramoedya Ananta Toer.

Tahlilan; Cerita Kecil dari Cilulumpang

Lelaki itu duduk dengan sempurna. Matanya terpejam. Mukanya tertunduk. Telapak tangannya menengadah. Bibirnya bergerak-gerak, melafal kalimat-kalimat yang hanya dia sendiri bisa mendengarnya. Di hadapannya terdapat parukuyan (pedupaan) mengepulkan asap kemenyan menerobos langit-langit. Baunya memenuhi seantero ruangan. Dia sedang khusuk berdoa mengantar arwah Mang Kusnadi yang meninggal dunia beberapa hari yang lalu.

Minggu, 04 September 2016

Sentimentalisme Orang Kalah

Katanya aku ini adalah seorang pemenang. Aku adalah pemenang dari jutaan sperma yang disusupkan oleh ayahku ke rahim ibuku yang membuahi ovumnya. Aku bersama jutaan temanku berjuang keras untuk mencapai ovum. Akulah yang berhasil. Sementara yang lainnya musnah. Yang lainnya kalah. Akulah pemenang. Aku pemenang di alam rahim. Namun aku tidak pernah tahu dan tidak secara sadar akan kemenanganku sendiri. Ketika lahir pun aku menjadi pemenang dari perjudian nyawa yang rentan bagi seorang bayi.

Aku Menangis Karena Kitab Suci

Kematian Nining membuatku terpukul. Aku langsung pulang kampung ketika mendengar kabar memilukan itu. Perjalanan pulang terasa lambat dan menyebalkan! Padahal biasanya aku menikmati perjalanan pulang. Suasana bus, mondar-mandirnya tukang dagang asongan dan nyanyian pengamen menambah kegelisahanku. Apalagi di bus ini aku satu jok dengan laki-laki yang tak henti-hentinya merokok. Asap berseliweran menyerangku. Hendak pindah ke jok lain sudah tidak ada jok kosong. Lengkap sudah ketidaknyamananku.

Kiai dan Burung Gereja

Kiai Santibi luar biasa terkejut ketika mendapatkan sahabat-sahabatnya dalam keadaan tak bernyawa lagi. Sisa-sisa darah yang mengental berceceran di sekitar tubuh mereka. Ada yang kulitnya terkelupas dengan daging yang menganga dan tulang yang remuk. Ada bagian tubuh yang terpisah seperti dimutilasi. Semut-semut mulai merayapi tubuh mereka. Dan lalat-lalat mengitarinya.

Pelajaran Pertama dari Bu Pertiwi

Selamat pagi anak-anak...,” kata seorang ibu setengah baya ketika memasuki sebuah ruangan kelas.

“Selamat pagi, Bu...,” jawab anak-anak serentak. Mereka langsung duduk dengan rapi. Tatapan mereka terpusat pada sosok yang baru meraka lihat. Sebagian ada yang berbisik dengan teman di sebelahnya.

Aku Tak Bisa Katakan, Lakukan, dan Rasakan Apa Pun

"Katakanlah sesuatu untukku sekarang juga!" katanya.

"Apa yang harus kukatakan sekarang ini?" tanyaku.

"Entahlah...”, katanya. Sepertinya dia sendiri pun tidak tahu apa yang harus aku katakan. Apalagi aku.

Ini Mungkin Pertemuan Terakhir

“Kekasih, mungkin saja ini adalah pertemuan kita yang terakhir. Tentu peluk, kecup dan raba yang terakhir pula. Meski kita tak pernah mengharapkannya. Mungkin esok atau lusa, atau entah kapan aku tidak lagi menyebutmu kekasih. Dan seperti itu pula kamu kepadaku. Jangankan untuk hidup bersama, untuk sekedar menyapa dalam pertemuan tak terduga sekali pun, kita bisa jadi tak pernah mengharapkannya.

Kekasihku Mati

Dia meninggal. Seorang gadis. Kekasihku. Putri semata wayang. Ibunya menangisinya sepanjang waktu. Di sela-sela tangisnya ibunya meratap, “Anakku..., oh. Lalu, oh, Tuhan...kenapa?" Ibunya tak bisa melanjutkan kalimat tanyanya. Tapi dia membalik kalimat itu. “Tuhan..., oh, anakku, kenapa?"

Aku Tak Ingin...

Aku tak ingin memintanya untuk menjelaskan apa pun. Karena dari mimik muka, intonasi, kerjap mata, gerak bibir, helai rambutnya, detak nadinya, embus napasnya, sekujur tubuhnya, susunan kalimat dan pilihan katanya, serentak menjelaskan segalanya.

Tanjakan Mak Acih

Sudah lama saya tidak pulang kampung. Kangen rasanya. Kangen di atas kangen. Kangen kuadrat.Tanah kelahiran, tumpah darah, terus melakat.......

Di pelupuk mata, terlihat jelas liku-liku jalan pulang; bus melewati di depan toko-toko, tiang listrik, pohon mahoni, pom bensin, papan reklame, spanduk dan bendera partai, gambar caleg...,

Suatu Waktu, Suatu Bus

Ya nabi salam alaika/Ya rasul salam alaika/Ya habib salam alaika/Shalawatullah alaika... Syair ini mengingatkan pada kenduri marhabaan atau mahinum di kampung saya. Marhabaan atau mahinum adalah selamatan atas 40 hari kelahiran bayi. Bait ini dilantunkan saat bayi dicukur oleh peserta kenduri. Bait-bait ini pula dibaca saat memulai peringatan maulid Nabi dan pupujian santri sebelum shalat berjamaah.

Neraka, Aliran Kalam dan Perbuatan Manusia

Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya? Atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan sorga? Jika sorga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud pada-Nya? Ini petikan syair yang dinyanyikan Ahmad Dahni dan Crisye.

Sabtu, 03 September 2016

Kerumunan

Siang yang panas. Matahari yang culas. Cahaya yang ganas. Orang-orang berkeringat meski dalam ruangan. Orang-orang malas keluar takut kepalanya terpanggang. Meski demikian, entah kenapa ada hendak aku untuk keluar berjalan-jalan menyusur lorong-lorong kecil, trotoar-trotoar sempit, jalan-jalan kumuh, pasar-pasar tradisional, atau pasar kambuhan. Pokoknya jalan-jalan.

Kebebasan Berbahasa atau Salah Lafal?

Waktu menjadi murid SD, terasa menyebalkan jika menghadapi hari Senin. Seolah memulai hidup baru berojol dari liang garba ibu, liburan, lalu harus menghadapi hal yang serius bukan main. Biasa, ritual hari Senin! Upacara bendera! Amanat pembina upacara! Disiplin. Terus diputar berlang-ulang oleh kepala sekolah atau dewan guru. Kadang dengan bahasa berbeda, tapi dengan isi yang persis sama.

Wali, Indomie dan Iklan

Dik...aku pinta/Kau akan selalu setia/Dik...aku mohon/Kau selalu menemani/Saatku tengah terluka/Kalaku tengah gundah...

Begitulah suara seoarang anak jalanan yang ngamen pada sebuah angkot. Tak hanya anak itu, di antara teman saya sesekali menyanyikannya. Juga, kalau Anda berjalan-jalan di kaki lima, akan mendengar nyanyian serupa dari penjaja CD baik. Soal CD-nya bajakan atau orisinal, itu bukan urusan saya. Mereka demam Wali! Siapa Wali? Wali Songo yang terkenal dengan gelar sunan-sunan itu?

Jumat, 02 September 2016

Sutan Takdir Alisjahbana via Ajip Rosidi

Semacam Intro

Tulisan ini adalah pembacaan singkat atas tulisan Ajip Rosidi yang berjudul “Membaca Kembali Polemik Kebudayaan”, yaitu tanggapannya terhadap pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dalam peristiwa "Polemik Kebudayaan" yang terjadi di awal terbentuknya Republik ini.

Memang Kenapa Kalau Bule Doyan, Luna Maya?

“Tuh.., bule aja doyan…” kata Luna Maya dalam iklan kopi ABC ketika seorang bule menyeruput habis secangkir kopi.

Sahabat saya merasa tidak nyaman dengan iklan ini. Katanya dia sampai susah buang air besar selama seminggu gara-gara iklan itu. Dalam hati, saya menyumpahinya semoga dia tidak nyaman dengan selamanya. Amin.

Tahi

Aku berlari melewati rumah-rumah, sawah-sawah, jalan-jalan, belokan-belokan, tiang-tiang listrik, tiang-tiang telepon, jembatan-jembatan, pohon-pohon, batu-batu, kerikil-kerikil, beling-beling, sampah-sampah, pasar-pasar kumuh, gedung-gedung, malam-malam, kunang-kunang, hari-hari, gelap-gelap, cinta, rindu, luka, sepi, pedih, kegagalan, air mata, kemudian aku capek.

Mari Membaca (dibalik) Jangjawokan!

1
“Utun, Inji, mangka ati-ati! Ceuli ulah sok sadenge-dengena ari lain dengeeunana. Panon ulah sok satenjo-tenjona, ari lain tenjoeunana.Sungut ulah saomong-omongna, ari lain omongkeunana. Suku ulah satingcak-tingcakna, ari lain tingcakeunana. Leungeun ulah sacokot-cokotna, lamun lain cokoteunana. Irung ulah sok saambeu-ambeuna ari lain ambeueuna.”

Lafal yang Disenangi Tuhan Maghrib ini

Sehabis shalat maghrib, di masjid kampung saya, partisipan tidak langsung pulang. Mereka membaca wiridan dipimpin sang imam. Sebagai ahli masbuk, saya baru selesai ketika wiridan sampai pada “Laa ilaha illallah ..., Laa ilaha illallah ..., Laa ilaha illallah ....”

Membakar Kemenyan untuk Radio

Orang yang berusia di atas 80 tahun, di kampung saya tinggal beberapa orang lagi. Mereka adalah sejarawan, setidaknya untuk kampung saya. Tapi sayangnya di antara mereka, sudah ada yang sulit berkomunikasi karena pendengarannya berkurang, matanya tak awas, atau pikun.

Tentang Nama

Apa artinya sebuah nama, mawar pun walau tidak bernama mawar, tetap harum baunya..." Begitu kata Shakespeare. Tapi anehnya dia menegasikan arti penting nama mawar dengan menyebut mawar pula seharusnya tidak menyebutkannya, bukan, karena itu adalah nama. Entahlah

Cinta yang Begitu Sederhana

Cinta kadang begitu sederhana dan ekspresinya pun sederhana pula. Bagi orang yang menganggapnya sederhana, cinta tidak dengan kata "sayang" atau i love you atau yang lainnya seperti yang diceritakan dalam novel atau film-film romantis. 

Sapardi Joko Damono pernah menulis puisi yang sangat terkenal. Saking terkanalnya, hingga dikutip banyak orang di surat undagan, dijadikan nyanyian, dan sekarang aku mengutipnya pula.