Minggu, 04 September 2016

Neraka, Aliran Kalam dan Perbuatan Manusia

Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah pada-Nya? Atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan sorga? Jika sorga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud pada-Nya? Ini petikan syair yang dinyanyikan Ahmad Dahni dan Crisye.

Kalau sorga dan neraka tak pernah ada, masihkah manusia beribadah padanya? Bukankah Tuhan pantas disembah, pantas dipuja meski dia tidak menciptakan sorga dan neraka. Kenapa Tuhan menciptakan sorga dan neraka?

Neraka paling ditakuti siapa pun. Sebaliknya sorga diidamkan. Bahkan mungkin oleh anaknya semut. Neraka sering dijadikan bapak atau ibu kita waktu kecil untuk menakut-nakuti anaknya apabila dia menyuruh salat.

Lalu kita bertanya, apa sih neraka itu kepada ibu?

Ibu kita tertegun sebentar. Tapi dia ingat pepatah seorang kiai di pengajian. Dia menjawab, tempat yang orang-orang berdosa. Ya tempatnya orang yang tidak pernah salat itu. Lalu kita segeralah mengambil sarung dan melompat ke surau.

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, neraka adalah tempat tempat penyiksaan bagi orang yang ketika di dunia berbuat dosa kepada Tuhan; sial, celaka, keadaan yang menyengsarakan dan menyedihkan.

Neraka adalah tempat yang disediakan Allah bagi orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang membangkang terhadap syariat Allah dan mengingkari rasul-Nya. Tempat tersebut merupakn wujud siksa Allah terhadap musuh-musuhnya dan penjara bagi mereka yang berbuat dosa.

Perbuatan Manusia Menurut Aliran-aliran Kalam

Mari mempertimbangkan terlebih dahulu tentang perbuatan manusia menurut aliran-aliran ilmu kalam. Karena neraka adalah kosekuensi dari perbuatan tersebut. Dalam masalah perbuatan manusia hanya ada tiga kemungkinan. Pertama, boleh jadi semua perbuatan manusia diciptakan Allah. Tidak ada perbuatan bagi manusia. Oleh karena itu, mereka tidak mendapat pujian, celaan, pahala, maupun siksa.

Kedua, boleh jadi Tuhan dan manusia sama-sama berbuat sehingga pujian dan celaan berlaku bagi keduanya. Ketiga, boleh jadi perbuatan manusia adalah ciptaan manusia sendiri. Oleh Karena itu, manusia akan memperoleh pujian, celaan, siksaan, dan pahala. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran kalam aliran-aliran berikut.

Menurut jabariyyah, segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauaanya sendiri, tetapi timbul dari qada dan qadar Tuhan yang menghendaki demikian. Bahkan Jahm bin Shafwan, tokoh jabariyyah yang ekstrem, mengatakan bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.

Menurut Asy’ariyah, manusia ditempatkan pada posisi yang lemah. Ia didibaratkan anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karena itu, aliran ini lebih dekat dengan aliran Jabarriyah daripada paham Muktajilah. Segala sesuatu yang terjadi dengan perantaraan daya yang diciptakan sehingga menjadi perolehan bagi muktasib yang memperoleh kasab untuk melakukan perbuatan. Sebagai konsekuensi dari teori kasab ini, manusia kehilangan keaktifan sehingga manusia bersikap pasif dalam perbuatannya.

Menurut aliran qadariyah yang hampir sama pemikirannya dengan Muktazilah, segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun perbuatan jahat. Karena itu, dia mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula mendapat memperoleh hukuman atas segala kejahatan yang diperbuatanya.

Dalam kaitan ini, bila seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan sorga atau neraka di akhirat kelak, semua itu berdasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan dan tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.

Pendapat-pendapat Lain tentang Neraka

Sorga dan neraka kata Muhammad Iqbal, bukan tempat. Gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al-Quran, adalah ‘api Allah yang menyala-nyala dan membubung ke atas hati’, pernyataan yang menyakitkan mengenai manusia. Sorga adalah kegembiraan karena mendapat kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada perpecahan. Tidak ada kutukan abadi dalam Islam.

Neraka, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, bukanlah kawah tempat penyiksaan abadi yang disediakan Tuhan. Ia adalah pengalam korektif yang dapat memperkeras ego sekali agar lebih sensitif terhadap tiupan angin sejuk dari kemahamurahan Allah. Surga juga bahkan merupakan tempat berlibur. Kehidupan itu hanya satu dan berkesinambungan.


Lalu, apakah kita benar-benar tulus menyembah pada-Nya? Atau kita hanya menginginkan sorga dan membenci neraka?

Tentang neraka, penghuni-penghuninya, sifat-sifatnya, telah begitu banyak hadis dan ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkannya. Tapi masalah penafsiran terhadapnya banyak perbedaan. Itu disebabkan berbedanya latar belakang si penafsir. Setiap waktu dan tempat ada yang berubah. Bahkan, kata Shahrur, pemikir studi Al-Quran kontemporer, kita harus memahami Al-Quran seperti Nabi SAW baru wafat kemarin.


Ciputat, 2005

Daftar Pustaka:
al-Asyqor, Umar Sulaiman, Melongok Sorga dan Neraka Pustaka MantiaIlhamudin
Pemikiran Kalam Albaqilani, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.
Razak, Abdul dan Anwar,Rosihan, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Zul Fazri Em dan Senja, Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Tafsir Gatolotjo, Surabaya: Wuwung, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar