Apa artinya sebuah nama, mawar pun walau tidak bernama mawar, tetap harum baunya..." Begitu kata Shakespeare. Tapi anehnya dia menegasikan arti penting nama mawar dengan menyebut mawar pula seharusnya tidak menyebutkannya, bukan, karena itu adalah nama. Entahlah
Saya ingin bercerita tentang nama-nama penduduk di kampung saya. Dari generasi ke generasi, ternyata ada pergeseran dalam penggunaan nama. Namun, saya tidak bisa menyimpulkan pergeseran itu sama dengan perkembangan atau bukan. Apalagi menyimpulkan pergeseran itu baik atau tidak. Alhasil, tulisan ini hanyalah cerita kecil tentang nama orang-orang kecil.
Untuk memperlihatkan pergeseran itu, saya melakukan klasifikasi, tapi tidak baku. Pertama, nama-nama orang yang berusia 70 tahun ke atas. Nama mereka hanya terdiri dari satu kata, misalnya yang laki-laki bernama Ganda, Atang, Kairin, Ukar, dan lain lain. Nama perempuan misalnya Yayah, Cacih, atau Icah. Di KTP mereka juga tertulis demikian.
Saya tidak tahu, kenapa mereka hanya menggunakan satu kata. Mungkin orang tuanya tak sempat memikirkan nama panjang seperti nama-nama menak Sunda. Mungkin pula banyak hal lain yang lebih penting daripada sekadar nama. Atau mungkin semangat zamannya seperti itu.
Kedua, nama-nama orang yang berusia 50-69 tahun. Pada usia ini, nama-nama mereka masih satu kata. Nama-nama sebelumnya juga masih lumrah digunakan.Ketiga, nama orang 30-49 tahun. Barulah saya menemukan nama orang yang terdiri dari dua kata. Konon, itu pun karena pergaulan mereka ketika di sekolah dasar (SD). Guru-guru mereka yang tentu saja dari luar daerah menyarankan untuk menambah nama belakang. Muncullah nama seperti Dadan Hermawan, Dudung Durahman, Dedi Junaedi, Esih Sukaesih, Iroh Rohimah, dll.
Keempat, nama orang di atas 20-30 tahun. Pada usia ini, muncul nama-nama Arab. Ramailah nama yang dimulai Abdul atau Siti, misalnya, Abdullah, Abdurahman, atau Siti Fatimah, Siti Khadijah. Selain itu, muncul nama campuran Arab-Sunda misalnya, Asep Abdurahim, Ai Qoyimah, Euis Komariyah, dll.
Sekarang muncul nama yang sedikit kebarat-baratan bercampur Sunda, misalnya, Yosep Sehendar. Muncul pula nama-nama artis seperti Devi Permatasari, Ine Sintya, dll. Selain itu, ada pula yang memakai tiga kata, misalnya, Yusuf Aksan Permana. Tetapi nama Asep, Cecep, Ujang, Ai, Euis, Iis adalah nama yang masih laris.Mungkin nanti, akan ada pergeseran-pergeseran lain. Pergeseran yang entah...
Sukabumi, 2008
Saya ingin bercerita tentang nama-nama penduduk di kampung saya. Dari generasi ke generasi, ternyata ada pergeseran dalam penggunaan nama. Namun, saya tidak bisa menyimpulkan pergeseran itu sama dengan perkembangan atau bukan. Apalagi menyimpulkan pergeseran itu baik atau tidak. Alhasil, tulisan ini hanyalah cerita kecil tentang nama orang-orang kecil.
Untuk memperlihatkan pergeseran itu, saya melakukan klasifikasi, tapi tidak baku. Pertama, nama-nama orang yang berusia 70 tahun ke atas. Nama mereka hanya terdiri dari satu kata, misalnya yang laki-laki bernama Ganda, Atang, Kairin, Ukar, dan lain lain. Nama perempuan misalnya Yayah, Cacih, atau Icah. Di KTP mereka juga tertulis demikian.
Saya tidak tahu, kenapa mereka hanya menggunakan satu kata. Mungkin orang tuanya tak sempat memikirkan nama panjang seperti nama-nama menak Sunda. Mungkin pula banyak hal lain yang lebih penting daripada sekadar nama. Atau mungkin semangat zamannya seperti itu.
Kedua, nama-nama orang yang berusia 50-69 tahun. Pada usia ini, nama-nama mereka masih satu kata. Nama-nama sebelumnya juga masih lumrah digunakan.Ketiga, nama orang 30-49 tahun. Barulah saya menemukan nama orang yang terdiri dari dua kata. Konon, itu pun karena pergaulan mereka ketika di sekolah dasar (SD). Guru-guru mereka yang tentu saja dari luar daerah menyarankan untuk menambah nama belakang. Muncullah nama seperti Dadan Hermawan, Dudung Durahman, Dedi Junaedi, Esih Sukaesih, Iroh Rohimah, dll.
Keempat, nama orang di atas 20-30 tahun. Pada usia ini, muncul nama-nama Arab. Ramailah nama yang dimulai Abdul atau Siti, misalnya, Abdullah, Abdurahman, atau Siti Fatimah, Siti Khadijah. Selain itu, muncul nama campuran Arab-Sunda misalnya, Asep Abdurahim, Ai Qoyimah, Euis Komariyah, dll.
Sekarang muncul nama yang sedikit kebarat-baratan bercampur Sunda, misalnya, Yosep Sehendar. Muncul pula nama-nama artis seperti Devi Permatasari, Ine Sintya, dll. Selain itu, ada pula yang memakai tiga kata, misalnya, Yusuf Aksan Permana. Tetapi nama Asep, Cecep, Ujang, Ai, Euis, Iis adalah nama yang masih laris.Mungkin nanti, akan ada pergeseran-pergeseran lain. Pergeseran yang entah...
Sukabumi, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar