![]() |
Li Sun-hoan pada cerita silat Khu Lung |
Li Sun-hoan paham ragam jenis, seni meminum, dan cara mendapatkannya. Bahkan terampil menengarai racun di dalamnya hanya dengan penciuman kendati ahli dari segala racun mengusir warna dan aromanya.
![]() |
Li Sun-hoan pada cerita silat Khu Lung |
Li Sun-hoan paham ragam jenis, seni meminum, dan cara mendapatkannya. Bahkan terampil menengarai racun di dalamnya hanya dengan penciuman kendati ahli dari segala racun mengusir warna dan aromanya.
![]() |
Foto: https://gatsby.co.id/ |
Mengenai yang terakhir, dalam pikiran saya cuma bertanya, berapa keranjang jengkol per hari bininya harus masak?
![]() |
Ilustrasi: Kompas.com |
Dengan menggunakan kata “akhirnya”, lagu itu menyiratkan daya upaya yang telah dilakukan si aku untuk menemukan si kamu.
Begini, akhir-akhir ini saya orangnya dilanda kebosanan luar bisa mendengar musik. Padahal ini bagian yang harus dinikmati, sebagai tata cara merayakan kehidupan.
Kebosanan itu muncul entah dari liang pori-pori mana. Tiba-tiba saja bertakhta, dan susah mengusirnya, seperti kemalasan. Misalkan kuputar satu lagu bermuatan kenangan, tak nikmat. Diputar lagu baru, apalagi. Diputar lagu lawas hingga terbaru, tak jauh beda. Dari genre satu ke genre lain. Mulai dari yang dipahami bahasanya hingga tak dimengerti, juga seperti itu.
Saya mulanya tahu Farid Hardja melalui sebuah lagu yang diputar orang pada kenaikan kelas SD pada 1990-an awal. Saya hanya pendengar sembarang yang kebetulan mendengarnya.
![]() |
Nonton layar tancap (Foto: patinews) |
Konon, yang pertama itu layak dikenang sebagaimana omongan orang yang banyak bohongnya, "cinta pertama tak pernah mati dan dilupakan". Brekeweshhhhh!!!