![]() |
Nonton layar tancap (Foto: patinews) |
Konon, yang pertama itu layak dikenang sebagaimana omongan orang yang banyak bohongnya, "cinta pertama tak pernah mati dan dilupakan". Brekeweshhhhh!!!
Ini bukan tentang cinta pertama, tapi tentang pertama kali begadang. Kapan Saudara pertama kali begadang? Pasti lupa, bukan? Katanya yang pertama susah dilupakan. Begadang pertama saja lupa.
Sejujurnya, kalau Saudara lupa, saya dan semua orang memakluminya. Lupa begadang pertama tidak apa-apa karena tak akan ditembak mati, dikirim ke Nusakambangan, di-bully di media sosial berbulan-bulan, atau dibuang ke pulau Buru.
Namun, kalau Saudara masih ingat, syukurlah. Sayangnya, kalaupun ingat, tak ada sertifikatnya. Mungkin kalau ada; ini mungkin ya, bermanfaat untuk melamar jadi PNS golongan mana pun di mana pun. Lalu, kalau Saudara diterima, ada peluang untuk korupsi. Peluang ya.
Lalu bagaimana dengan saya? Apakah masih ingat begadang pertama? Saya ingat. Namun, di dalam ingat itu ada bagian-bagian yang lupa. Ini lebih baik dari Saudara yang lupa sama sekali, bukan?
Lantas, perlu disamakan dulu persepsi tentang pengertian dan batasan begadang. Salah-salah, Saudara melek sampai pukul 21.00 dianggap sebagai begadang.
Mari kita coba bertanya kepada yang mulia KBBI. Kata beliau, begadang adalah berjaga tidak tidur sampai larut malam.
Nah, yang jadi persoalan, pukul berapakah larut malam itu?
Mari bertanya kepada yang mulai AI. Beliau menjelaskan, larut malam" (late at night) berarti waktu malam hari yang sudah lewat dari waktu tidur yang normal, biasanya setelah pukul 10 atau 11 malam.
Cetek benar ternyata. Melek sebelum pukul 00.00 disebut begadang.
Lalu bagaimana kalau melebihi 00.00, misalnya sampai subuh? Mungkin begadang juga. Untuk membedakan dengan pengertiannya, kita sebut saja begadang terlalu.
***
Saya begadang pertama kali ketika nonton layar tancap untuk pertama kali pula sekitar awal tahun 90-an, kelas 1 SD pada hajatan nikahan tetangga. Film pertama yang ditayangkan waktu itu adalah Pencuri Cinta dengan tokoh Rion. Tidak tahu nama pemerannya. Cuma ingat rambutnya agak gondrong ikal. Perawakannya seperti Wiro Sableng. Alur ceritanya sedikit ingat, sekali waktu Rion hendak bunuh diri dengan akan loncat dari loteng. Tapi urung. Hanya itu. Tak lebih.
Film selanjutnya Pengabdian dengan pemeran utama Rohma Irama dan Chintami Atmanegara. Ada Ricca Rachim yang kini jadi istrinya Rhoma Irama. Namun di film itu, seingat saya Ricca berada di seberang. Justru yang jadi teman hidup Rhoma Irama adalah Chintami yang seingat saya buta.
Perihal Chintami agak menengalnya saya karena sering nonton Jembatan Emas di TVRI hitam putih merk Fujitec ukuran 14 inci dibeli seharga Rp 100.000,00. Nontonnya bersama ibu selapas dimarahinya pada ngaji maghrib. Ngaji harus sampai bersimbah air mata.
“Ingat, sepupumu sudah sampai ‘wa bil akhiroti’, kamu masih alip-alipan saja,“ bengis ibu sambil melotot, matanya hampir melompat ke huruf-huruf Arab bergaya Nasakh.
Antagonis film Pengabdian adalah W.D. Mohctar. Ia seperti orang yang kena pilek berkepanjangan di film itu. Entah kenapa, mungkin dia malas ke dokter berkepanjangan. Pokoknya saya sebel sekali deh sama dia karena berkelakuan tidak baik sama Bang Rhoma.
Sementara Rhoma sendiri berhenti jadi penyanyi. Ia kemudian menjadi penggembala di sebuah tegalan. Entah persoalan apa, Rhoma dan W.D. kemudian bertempur.
Di sela-sela pergantian judul, diputarlah beriring-iringan lagu. Bukan jazz, rok, atau keroncong, tapi jelas dangdut. Beberapa lagu diputar. Namun, yang melekat hingga sekarang hanyalah sebuah lirik, lebih baik mengalah ya nona, jangan-jangan dilawan.
Hanya kalimat itu. Entah apa judulnya dan siapa penyanyinya. Setelah berjuang keras mencari di Google, ternyata judulnya Jangan Dilawan. Penyanyinya Evie Tamala.
Karena hanya lagu itu yang diingat, saya tahbiskan sebagai soundtrack begadang pertama kali. Saya punya hak prerogatif dalam penahbisan itu sebagaimana Prabowo memilih pembantu-pembantunya. Meski keduanya tak ada hubungannya sama sekali, saya paksakan untuk disangkut-pautkan supaya terkesan merespons keadaan.
Kursi Pojok 28 Januari 2014, diperbaiki 24 Mei 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar