Rabu, 05 Agustus 2020

Saya dan Buku "Hidup Tanpa Ijazah" Ajip Rosidi

Pertama berjumpa dengan Ajip Rosidi adalah dengan karyanya, Rikmadenda Mencari Tuhan. Dalam pengantarnya, Kang Ajip menjelaskan bahwa buku itu merupakan adaptasi dari cerita wayang dalang Abyor. Buku itu bernasib baik sekaligus buruk. Baik, karena khatam saya baca sekali duduk. Buruk, karena raib dipinjam teman dengan alasan untuk dijadikan bahan skripsi.


Pertemuan kedua, dengan buku Korupsi dan Kebudayaan. Dan entahlah kemudian saya banyak mengoleksi karyanya, termasuk di antaranya Langit Biru, Laut Biru, Mengenang Hidup Orang Lain, dan lain-lain.


Dan satu lagi, sebuah buku yang saya dapatkan dengan modal muka tembok. Saya mendapatkannya di Gerak-Gerik. Bertemu dengan buku itu diawali dengan konyol dan tak tahu diri. Sudah tahu kere tingkat runyam, malah menyesatkan diri ke toko buku. Dan, sudah jelas air liur saya meleleh ketika melihat buku-buku tua itu. Semakin meleleh ketika melihat satu buku yang saya sebut di judul. Sementara di saku hanya 20 ribu.

“Bang, saya ingin memiliki buku ini. Tapi saya punya uang segini. Mohon jangan dikasih ke pihak lain,” kata saya. Saya menggunakan jurus pamungkas karena bisa jadi beberapa detik keluar dari toko itu, buku akan jatuh kepada pihak yang mungkin saja tak bisa diakses. Urusan buku di tepi jalan Pesanggrahan waktu itu memang mengerikan.

Penjual buku Gerak-Gerik ini memang budiman. Dia sangat memahami keinginan dan kemampuan saya.

“Baik, gua terima, tapi buku tetap di sini.”

Dan saya pun ngeloyor pergi. Tak mau melihat-lihat lagi karena takut makin sengsara. Saya pergi seperti tentara yang dilucuti senjatanya. Buku tak dapat, uang pun sirna.


Entah berapa minggu kemudian, saya menambah cicilan. Seingat saya hingga tiga empat kali cicil baru lunas. Dan tentu saja itu harus memakan waktu beberapa bulan.

Saya bawa pulang buku tebal itu. Setelah dibuka plastik pembungkusnya, saya langsung lari ke indeks. Saya cari satu kata kunci. Memang ada beberapa. Akhirnya saya mendapati apa yang saya cari, sesuatu yang sudah saya duga sebelumnya. Kemudian buku itu saya tutup. Dan sampai saat ini tak pernah menyentuhnya lagi. Mungkin tak akan pernah lagi.

Pasalnya, buku yang saya beli dengan susah payah itu kemudian dipinjam kehttps://www.facebook.com/makki.ahmad/posts/10217986094187897?notif_id=1596074588806500&notif_t=mention tua partai Abi S Nugroho. Dia bawa ke kantornya. Malang nian, kemudian buku itu tersekap dalam sebuah lemari yang hilang kuncinya. Dia seperti Ashabul Kahfi, berada dalam kegelapan lebih tujuh tahun.


Belakangan, saya mendengar informasi intelejen, lemari itu dibongkar paksa. Alhamdulillah, sebagaimana Ashabul Kahfi, buku itu masih segar bugar, sehat walafiat, tapi sepertinya ia tak ingat lagi siapa pemiliknya. Kesempatan itu dimanfaatkan benar oleh tangan pendekar golongan hitam terkutuk, tak bertanggung jawab dan kurang ajar, M Irfan Kurniawan.

Sampai di sini, saya sudah tak bisa bercerita lagi betapa bergidik membayangkan nasib buku itu.
...

Ahmad Makki seorang fondasi tak tergoyahkan di warkop Tampomas menulis tentang saya di sini: https://www.facebook.com/makki.ahmad/posts/10217986094187897?notif_id=1596074588806500&notif_t=mention dengan judul: ABDULLAH ALAWI TAK PUNYA NYALI BUAT KETEMU AJIP ROSIDI.

Apa yang diceritakannya betul adanya. Satu hal yang ingin saya tegaskan di sini adalah bahwa saya pernah menemui Ajip Rosidi pada tahun 2013 bersama Abi S. Nugroho Arlian Buana dan Al Hafiz Kurniawan. Foto-foto yang saya bagikan ini adalah buktinya.


Pada pertemuan itu, saya bertanya tentang jejak puisi dan naskah drama Mahbub Djunaidi.

“Ada, katanya.”

Saya senang banget. Kemudian saya kejar dengan pertanyaan yang penuh harap.

“Kira-kira di majalah apa, Pak?”

“Kamu masih muda. Cari sendiri!!!” katanya dengan agak melotot dan setengah membentak.

Sejak itulah saya tak pernah mencarinya. Namun, Mahbub Djunaidi sepertinya kasihan kepada saya. Ia menampakkan diri di sebuah rumah tua di Jalan Nyi Ageng Panitih, Gresik, tiga tahun kemudian. Namun hanya puisinya...

Tadi pagi, ketika saya buka ponsel tiga orang mengabari Ajip Rosidi tutup usia. Alfatihah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar