Selasa, 02 Mei 2017

Analisis Kekalahan Ahok

Teman saya membuat status berisi komentar atas kekalahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 19 April lalu. Mungkin teman-teman saya yang lain membuat status juga. Tapi tak perlu saya ceritakan semua.

Begini statusnya: “Ahok kalah bukan gara2 isu SARA atau sentimen Agama. Rakyat Jakarta ini pinter2. Kalau jakarta gampang ditekan isu sara, Fauzi Bowo udah menang pilkada 2012.”

Saya langsung menyambar status yang masih hangat ketika itu. Komentar saya adalah, “Ahok kalah karena Anies yang menang.”

Saya tambahkan pada komentar selanjutnya dengan mengatakan, pernyataan saya tak mungkin ada yang membantah baik lembaga survei maupun pengamat politik mana pun. Eep Saefulloh maupun J. Kristiadi. Juga pengamat-pengamat politik kelas warung kopi dan pangkalan ojek.

Pernyataan saya juga dimengerti orang yang berusia baik 17 tahun ke atas maupun ke bawah.

Seharusnya pernyataan atau analisis kekalahan maupun kemenangan calon pada Pilkada seperti saya itu, tidak bersayap, mengandung buih berlapis, yang bikin jidat botak tambah mengkilap.

Namun, jika Saudara memiliki analisis yang jelimet tujuh lapis juga tak masalah. Itu tak dilarang di negara demokrasi mana pun.

Kramat Raya, Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar